Langsung ke konten utama

Pertemuan 12 Cyber Espionage


MAKALAH ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(PERTEMUAN 12)



 



CYBER ESPIONAGE
DISUSUN OLEH
KELAS : 12.6G.04

Kelompok :
Eko Haryanto                                           (12174173)
Mochammad Zely Eko Feriyanto          (12174329)
Roro Hesti                                                 (12174490)
Ardino                                                       (12174102)
 Dwi Yulianto                                             (12172032)

Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Bina Sarana Informatika
Jakarta
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.


Bekasi, 25 Juni 2020


Penulis



DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I             PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1.     Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2.     Maksud dan Tujuan..................................................................................................3
BAB II            LANDASAN TEORI.................................................................................4
2.1.     Pengertian Cyber Crime...........................................................................................4
2.2.     Karakteristik Cyber Crime.......................................................................................5
BAB III          PEMBAHASAN.........................................................................................7
3.1.     Pengertian Cyber Espionage.....................................................................................7
3.2.     Contoh Kasus Cyber Espionage...............................................................................8
3.3.     Penaggulangan kasus Cyber Espionage..................................................................12
3.4.     Dasar hukum Cyber Espionage...............................................................................12
BAB IV          PENUTUP..................................................................................................14
4.1.     Kesimpulan Dan Saran............................................................................................14






BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan sistem dan alat elektronik telah menciptakan suatu cara pandang baru dalam menyikapi perkembangan teknologi. Perubahan paradigma dari paper based menjadi electronic based. Dalam perkembangannya, electronic based semakin diakui keefisienannya, baik dalam hal pembuatan, pengolahan, maupun dalam bentuk penyimpanannya.1 Perkembangan yang pesat dari teknologi telekomunikasi dan teknologi komputer menghasilkan internet yang multifungsi, perkembangan ini membawa kita keambang revolusi ke empat dalam sejarah pemikiran manusia bila di tinjau dari kontruksi pengetahuan umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa batas (borderless way of thinking). Internet merupakan simbol material Embrio masyarakat global. Internet membuat globe dunia, seolah-olah menjadi seperti hanya selebar daun kelor. Era reformasi ditandai dengan eksabilitas informasi yang amat tinggi. Dalam era ini, informasi merupakan komoditi utama yang diperjualbelikan sehingga akan muncul berbagai network dan information company yang akan memperjualbelikan fasilitas bermacam jaringan dan berbagai basis data informasi tentang berbagai hal yang dapat diakses oleh pengguna dan pelanggan.
Internet menawarkan kepada manusia berbagai harapan dan kemudahan. Akan tetapi dibalik itu, timbul persoalan berupa kejahatan yang dinamakan cybercrime, baik sistem jaringan komputernya itu sendiri yang menjadi sasaran maupun komputer itu sendiri yang menjadi sarana untuk melakukan kejahatan. Tentunya jika kita melihat bahwa informasi itu sendiri telah menjadi komoditi maka upaya untuk melindungi asset tersebut sangat diperlukan. Salah satunya dengan melalui hukum pidana, baik dengan bersarana penal maupun non penal. Cybercrime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini yang mendapat perhatian luas dari dunia internasional. Vollodymyr Golubev menyebutnya sebagai the new form of anti-social behavior. Kehawatiran terhadap ancaman (threat) cybercrime yang telah terungkap dalam makalah Cybercrime yang disampaikan dalam ITAC (information Technology Association of Canada) pada International Information Industry Congress (IIC) 2000 Milenium Congres di Quebec pada tanggal 19 September 2000, yang menyatakan bahwa cybercrime is a real growing threat to economic and social development aspect of human life and so can electronically enabled crime2 . Kejahatan ini merupakan tindak kejahatan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik lokal maupun global (internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual dengan melibatkan pengguna internet sebagai korbannya. Kejahatan tersebut seperti misalnya manipulasi data (the trojan horse), spionase, hacking, penipuan kartu keredit online (carding),

merusak sistem (cracking), dan berbagai macam lainnya. Pelaku cybercrime ini memiliki latar belakang kemampuan yang tinggi di bidangnya sehingga sulit untuk melacak dan memberantasnya secara tuntas. Dewasa ini kita dapat melihat bahwa hampir seluruh kegiatan manusia mengandalkan teknologi yang menghadirkan kemudahan bagi penggunanya berupa akses bebas yang dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun tanpa sensor serta ditunjang dengan berbagai penawaran internet murah dari penyedia jasa layanan internet. Kemudahan yang ditawarkan oleh aktivitas siber itu sendiri contohnya ketika melakukan jual-beli barang atau jasa tidak memerlukan lagi waktu yang lama untuk bertemu langsung dengan penjual atau pembelinya, sehingga waktu yang digunakan lebih cepat. Indonesia telah menggeser kedudukan Ukraina sebagai pemegang presentasi tertinggi terhadap cybercrime. Data tersebut berasal dari penelitian Verisgin, perusahaan yang memberikan pelayanan intelejen di dunia maya yang berpusat di California, Amerika Serikat. Hal ini juga ditegaskan oleh Staf Ahli Kapolri Brigjen Anton Tabah bahwa jumlah cybercrime di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Indikasinya dapat dilihat dari banyaknya kasus pemalsuan kartu kredit, penipuan perbankan, judi online, terorisme, dan lain-lainnya.3 Memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi gaya hidup masyarakat kita, akan tetapi penggunaan teknoligi tersebut tidak didukung dengan pengetahuan untuk menggunakannya dengan baik.

1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah:
         1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah EPTIK.
         2.      Mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi EPTIK.
         3.      Menambah wawasan tentang Cyber Espionage.
         4.      Sebagai masukan kepada mahasiswa agar menggunakan ilmu yang didapatnya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
      Memberikan informasi tentang Cyber Espionage kepada kami sendiri pada khususnya dan masyarakat yang membaca pada umumnya.







BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Cyber Crime
Cyber crime adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyber space), baik yang menyerang fasilitas umum di dalam cyber space ataupun kepemilikan pribadi. Secara teknik tindak pidana tersebut dapat dibedakan menjadi offline crime, semi online crime, dan cyber crime. Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, namun perbedaan utama antara ketiganya adalah keterhubungan dengan jaringan informasi publik (internet).
Cyber crime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi.
The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes di Havana, Cuba pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah yang dikenal:
          1.      Cyber crime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu perilaku ilegal/ melanggar yang secara langsung menyerang sistem keamanan komputer dan/atau data yang diproses oleh komputer.
          2.      Cyber crime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu perilaku ilegal/ melanggar yang berkaitan dengan sistem komputer atau jaringan.
Dari beberapa pengertian di atas, cyber crime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain.
Contoh Kasus Cyber Crime
           1.      Pencurian dan Penggunaan akun  internet milik orang lain salah satu dari sebuah ISP (Internet Service Provider) adalah adanya akun pelanggan mereka yang “dicuri” dan digunakan secara tidak sah. Berbeda dengan pencurian yang dilakukan secara fisik, “pencurian” akun cukup menangkap “user id” dan “password” saja. Hanya informasi yang dicuri. Sementara itu orang yang kecurian tidak merasakan hilangnya “benda” yang dicuri. Pencurian baru terasa efeknya jika informasi ini digunakan oleh yang tidak berhak. Akibat dari pencurian ini, penggunaan dibebani biaya penggunaan akun tersebut. Kasus ini banyak terjadi di ISP. Namun yang pernah diangkat adalah penggunaan akun curian oleh dua Warnet di Bandung.
         2.      Membajak situs Web Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh cracker adalah mengubah halaman web, yang dikenal dengan istilah deface. Pembajakan dapat dilakukan dengan mengeksploitasi lubang keamanan. Sekitar 4 bulan yang lalu, statistik di Indonesia menunjukkan satu  situs web dibajak setiap harinya. Hukum apa yang dapat digunakan untuk menjerat cracker ini.
2.2. Karateristik Cyber Crime
Cybrcrime memiliki karakteristik unik yaitu :
             a.    Ruang lingkup kejahatan
Ruang lingkup kejahatan cybercrime bersifat globalCrybercrime  sering kali dilakukan secara trans nasional, melintas batas negara sehingga sulit dipastikan yuridikasi hukum negara yang berlaku terhadap pelaku.
Karakteristik internet dimana orang dapat berlalu-lalang tanpa identitas (anonymous) memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas kejahatan yang tak tersentuk hukum.
             b.    Sifat kejahatan
Cybercrime tidak menimbulkan kekacauan yang mudahterlihat (non-violence)
             c.    Pelaku kejahatan
Pelaku cybercrime lebih bersifat universal, maksudnya adlah umumnya pelaku kejahatan adalah orang-orang yang menguasai pengetahuan tentang computer, teknik pemograman dan seluk beluk dunia cyber.




BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Cyber Espionage
Cyber ​​memata-matai atau Cyber Espionage adalah tindakan atau praktek memperoleh rahasia tanpa izin dari pemegang informasi (pribadi, sensitif, kepemilikan atau rahasia alam), dari individu, pesaing, saingan, kelompok, pemerintah dan musuh untuk pribadi, ekonomi , keuntungan politik atau militer menggunakan metode pada jaringan internet, atau komputer pribadi melalui penggunaan retak teknik dan perangkat lunak berbahaya termasuk Trojan horse dan spyware.
Ini sepenuhnya dapat dilakukan secara online dari meja komputer profesional di pangkalan-pangkalan di negara-negara jauh atau mungkin melibatkan infiltrasi di rumah oleh komputer konvensional terlatih mata-mata atau dalam kasus lain mungkin kriminal karya dari amatir hacker jahat dan software progammer. Cyber ​​espionage biasanya melibatkan penggunaan akses tersebut kepada rahasia dan informasi rahasia atau kontrol dari masing-masing komputer atau jaringan secara keseluruhan untuk strategi keuntungan dan psikologis, politik, kegiatan subversi dan fisik dan sabotase. Baru-baru ini, cyber mata-mata melibatkan analisis aktivitas publik di situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. 
Operasi tersebut, seperti non-cyber espionage, biasanya ilegal di negara korban sementara sepenuhnya didukung oleh tingkat tertinggi pemerintahan di negara agresor. Situasi etis juga tergantung pada sudut pandang seseorang, terutama pendapat seseorang dari pemerintah yang terlibat. Cyber espionage merupakan salah satu tindak pidana cyber crime yang menggunakan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain dengan memasuki  jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen atau data-data pentingnya tersimpan dalam satu sistem yang computerize.
 3.2 Contoh Kasus Cyber Espionage
Baru-baru ini banyak kasus kejahatan dunia maya yang berkaitan dengan cyber espionage. Berikut beberapa contoh kasus cyber espionage yang beberapa diantaranya pernah terjadi di Indonesia.
 Cyber Espionage sering digunakan untuk menyerang target seperti perusahaan-perusahaan yang berada di timur tengah dengan melibatkan malwer yang sengaja diciptakan khusus untuk mencari data rahasia, menghapus data, mematikan komputer, bahkan mensabotase komputer. Investigasi malwer yang telah dilakukan ditemukan bahwa beberapa malware saling berkaitan.
Berikut adalah beberapa malwer yang berhasil di investigasi yang memang ditujukan untuk menyerang perusahaan-perusahaan di timur tengah :
         1)        Gauss
Pada awal bulan agustus 2012, kaspersky lab mengumumkan ke publik telah menginvestigasi malware mata-mata yang dinamakan dengan “gauss'. Sebenarnya malware ini sudah disebarkan pada bulan september 2011 dan ditemukan pada bulan juni 2012. malware ini paling banyak ditemukan di wilayah Lebanon, israel, dan palestina. Kemudian di ikuti Amerika dan uni emirat arab. Gauss memiliki kemampuan untuk mencuri password pada browser, rekening online banking, cookies, dan melihat sistem konfigurasi. Kaspersky mengatakan AS-Israel yang telah membuat virus ini.
2)        MAHDI
Trojan pencuri data Mahdi ditemukan pada februari 2012 dan baru diungkap ke public pada juli 2012. Trojan ini dipercaya sudah melakukan cyberespionage sejak desember 2011. Mahdi dapat merekam apa saja yang diketikan pada keyboard, screenshot pada komputer dan audio, mencuri file teks dan file gambar. Sebagian besar virus ini ditemukan menginfeksi komputer di wilayah iran, israel, afghanistan, uni emirat arab dan arab saudi, juga termasuk pada sistem infrastruktur penting perusahaan, pemerintahan, dan layanan finansial. Belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas pembuat virus ini. Virus ini diketahui menyebar lewat attachment yang disisipkan pada word/power point pada situs jejaring sosial.


3)        Flame
Flame ditemukan pada bulan mei 2012 saat Kaspersky lab sedang melakukan investigasi komputer departemen perminyakan di Iran pada bulan april. Kaspersky memgungkapkan bahwa FLAME digunakan untuk mengumpulkan informasi intelejen sejak bulan februari 2010, namun crySyS lab di Budapest mengungkapkan virus ini sudah ada sejak 2007. Flame kebanyakan menginfeksikomputer di wilayah Iran, disusul oleh israel, sudan, syria, lebanon, arab saudi dan mesir. Flame memanfaatkan sertifikat digital tipuan dan menyebar lewat USB drive, local network atau shared printer kemudian menginstall backdoor pada komputer. Flame dapat mengetahui lalulintas jaringan dan merekam audio, screenshot, percakapan skype dan keystroke. Flame diketahui juga mencuri file PDF, text, dan file AutoCad,  dan dapat mendownload informasi dari perangkat lain via bluetooth. Flame didesain untuk melakukan kegiatan mata-mata biasa yang tidak ditujukan untuk menyerang industri. Karakteristik Flame mirip dengan stuxnet dan duqu. Menurut pengamat flame juga merupakan bagian dari proyek “Olympic Games Project”.
4)       Wiper
pada april 2012 telah dilaporkan malware yan menyerang komputer di departement perminyakan iran dan beberapa perusahaan lain, kasperski lab menyebut virus ini sebagai “wiper”. Virus ini menghapus data pada harddisk terutama file dengan ekstensi *.pnf. Ekstensi *.pnf diketahui sebagai extensi file yang digunakan oleh malware stuxnet dan duqu. Dengan dihapusnya extensi file *.pnf maka akan menyulitkan investigator untuk mencari sampel infeksi virus tersebut.
5)           Shamoon
Ditemukan pada awal agustus 2012, shamoon menyerang komputer dengan os windows dan didesain untuk espionage (mata-mata). Shamoon pada awalnya sering dikira “wiper”, namun ternyata shamoon adalah tiruan dari wiper yang mempunyai target perusahaan minyak. Shamoon sepertinya dibuat oleh perorangan dan tidak dibuat seperti stuxnet yang melibatkan negara AS-israel. Hal ini terlihat dari banyaknys error pada source code. Ada spekulasi bahwa shamoon menginfeksi jaringan Saudi Aramco. Shamoon diprogram untuk menghapus file kemudian menggantinya dengan gambar bendera amerika yang terbakar, dan juga untuk mencuri data.
6)        Stuxnet
  Stuxnet ditemukan pada juni 2010, dan dipercaya sebagai malware pertama yang diciptakan untuk menyerang target spesifik pada system infrastruktur penting. Stuxnet diciptakan untuk mematikan centrifuse pada tempat pengayaan uranium di nathanz, Iran. Stuxnet diciptakan oleh amerika-Israel dengan kode sandi “operation olympic games” di bawah komando langsung dari George W. Bush yang memang ingin menyabotase program nuklir Iran. Malware yang rumit dan canggih ini menyebar lewat USB drive dan menyerang lubang keamanan pada sistem windows yang di sebut dengan “zero-day” vulnerabilities. Memanfaatkan dua sertifikat digital curian untuk menginfeksi Siemens Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), PLC yang digunakan untuk mengatur proses industri dalam program nukliriran.
7)        Duquworm Duqu
   terungkap pada september 2011, analis mengatakan source code pada duqu hampir mirip dengan source code yang dimiliki stuxnet. Namun duqu dibuat untuk tujuan yang berbeda dengan stuxnet. Duqu didesain untuk kegiatan pengintaian dan kegiatan intelejen, virus ini menyerang komputer iran tapi tidak ditujukan untuk menyerang komputer industri atau infastruktur yang penting. Duqu memanfaatkan celah keamanan “zero-day” pada kernel windows, menggunakan sertifikat digital curian, kemudian menginstal backdoor. Virus ini dapat mengetahui apa saja yang kita ketikan pada keyboard dan mengumpulkan informasi penting yang dapat digunakan untuk menyerang sistem kontrol industri. Kaspersky Lab mengatakan bahwa duqu diciptakan untuk melakukan “cyberespionage” pada program nuklir iran.
8)        Pencurian Data Rahasia RI
Contoh kasus yang terjadi adalah pencurian dokumen terjadi saat utusan khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa berkunjung di Korea Selatan. Kunjungan tersebut antara lain, guna melakukan pembicaraan kerja sama jangka pendek dan jangka panjang di bidang pertahanan. Delegasi Indonesia beranggota 50 orang berkunjung ke Seoul untuk membicarakan kerja sama ekonomi, termasuk kemungkinan pembelian jet tempur latih supersonik T-50 Golden Eagle buatan Korsel dan sistem persenjataan lain seperti pesawat latih jet supersonik, tank tempur utama K2 Black Panther dan rudal portabel permukaan ke udara. Ini disebabkan karena Korea dalam persaingan sengit dengan Yak-130, jet latih Rusia. Sedangkan anggota DPR yang membidangi Pertahanan (Komisi I) menyatakan, berdasar informasi dari Kemhan, data yang diduga dicuri merupakan rencana kerja sama pembuatan 50 unit pesawat tempur di PT Dirgantara Indonesia (DI). Pihak PT DI membenarkan sedang ada kerja sama dengan Korsel dalam pembuatan pesawat tempur KFX (Korea Fighter Experiment). Pesawat KFX lebih canggih daripada F16. Modus dari kejahatan tersebut adalah mencuri data atau data theft, yaitu kegiatan memperoleh data komputer secara tidak sah, baik digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain. Indentity Theft merupakan salah satu jenis kejahatan ini yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan. Kejahatan ini juga sering diikuti dengan kejahatan dataleakage. Perbuatan melakukan pencurian data sampai saat ini tidak ada diatur secara khusus.
 3.3. Penanggulangan kasus Cyber Espionage
Beberapa Metode Menanggulangi Cyber Espionage. Diharapkan untuk mengamankan sistem dengan cara-cara berikut ini:
1.     Melakukan pengamanan FTP, SMTP, Telnet, dan Web Server.
2.     Memasang Firewall.
3.     Menggunakan Kriptografi
4.     Secure Socket Layer (SSL)
5.     Penanggulangan Global
6.     Perlunya Dukungan Lembaga Khusus
Selain itu, tidak kalah penting untukuntuk mencegah terjadinya kejahatan ini diantaranya :
1)      Perlu adanya cyber law, yakni hukum yang khusus menangani kejahatan-kejahatan yang terjadi di internet. karena kejahatan ini berbeda dari kejahatan konvensional.
2)      Perlunya sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat yang bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus.
3)      Penyedia web-web yang menyimpan data-data penting diharapkan menggunakan enkrispsi untuk meningkatkan keamanan.
4)      Para pengguna juga diharapkan untuk lebih waspada dan teliti sebelum memasukkan data-data nya di internet, mengingat kejahatan ini sering terjadi karena kurangnya ketelitian pengguna.
3.       4    Dasar Hukum Cyber Espionage
   UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elekronik) yang disahkan DPR pada 25 Maret 2008, Indonesia tak lagi ketinggalan dari negara lain dalam membuat peranti hukum di bidang cyberspace law. UU ini merupakan cyberlaw di Indonesia, karena muatan dan cakupannya yang luas dalam membahas pengaturan di dunia maya.              
  Undang - undang yang mengatur tentang kejahatan Cyber Espionage adalah UU ITE No 11 Tahun 2008 ,sebagai berikut :
1)   Pasal 30 Ayat 2 ”mengakses komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apapun dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan/atau  dokumen elektronik”  
2)   Pasal 31 Ayat 1 “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain”
Dan untuk ketentuan pidananya ada pada :
a. Pasal 46 Ayat 2 “ Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
b.    tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah)” c.    Pasal 47 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).





 BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Cyber Espionage adalah tindakan yang tak bertanggung jawab. Cyber Espionage jelas-jelas merugikan banyak pihak, sementara hanya menguntungkan satu dua pihak. Cyber Espionage pun tak diinginkan praktis oleh semua orang. Jadi, demi masa depan yang baik, adalah seharusnya Cyber Espionage berkurang atau ditiadakan sama sekali.
B. Saran
Marilah mulai mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk segera mengatrurnya. UU ITE  memiliki kedudukannya sangat penting untuk mendukung lancarnya kegiatan para pebisnis Internet, melindungi akademisi, masyarakat dan mengangkat citra Indonesia di level internasional.
Cakupan UU ITE luas (bahkan terlalu luas?), mungkin perlu peraturan di bawah UU ITE yang mengatur hal-hal lebih mendetail (peraturan mentri, dsb). UU ITE masih perlu perbaikan, ditingkatkan kelugasannya sehingga tidak ada pasal karet yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak produktif. Disamping itu, harus ada kehati-hatian dalam menggunakan fasilitas internet serta selau jaga browaer internet agar tetap up-to-date, dalam arti selalu menginstal spyware fersi terbaru di computer, namun dengan tetap berhati hati ketika menginstal software baru pada computer.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 15 INFRINGEMENTS OF PRIVACY

MAKALAH ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PERTEMUAN 15 PRA UAS)       ‘‘INFRINGEMENTS OF PRIVACY” DISUSUN OLEH KELAS : 12.6G.04   Kelompok : Eko Haryanto                                            (12174173) Mochammad Zely Eko Feriyanto          (12174329) Roro Hesti                                                  (12174490) Ardino                                                        (12174102)   Dwi Yulianto                                               (12172032)   Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bina Sarana Informatika Jakarta 2020   KATA PENGANTAR   Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehi

Pertemuan 10 Illegal Contents

MAKALAH ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ILLEGAL CONTENTS DISUSUN OLEH KELAS : 12.6G.04 Kelompok : Eko Haryanto                                            (12174173) Mochammad Zely Eko Feriyanto            (12174329) Roro Hesti                                                  (12174490) Ardino                                                        (12174102)                                Dwi Yulianto                                             (12172032) https://eptikelearningbsi.blogspot.com/2020/05/makalah-profesiteknologi-komunikasi_31.html Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bina Sarana Informatika Jakarta 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berko

Pertemuan 14 OFFENSE AGAINST INTELLECTUAL PROPERTY

MAKALAH ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PERTEMUAN 14)   “OFFENSE AGAINST INTELLECTUAL PROPERTY” DISUSUN OLEH KELAS : 12.6G.04 Kelompok : Eko Haryanto                                            (12174173) Mochammad Zely Eko Feriyanto          (12174329) Roro Hesti                                                  (12174490) Ardino                                                        (12174102)   Dwi Yulianto                                               (12172032) https://eptikelearningbsi.blogspot.com/2020/06/pertemuan-14-offense-against.html Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bina Sarana Informatika Jakarta 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapk